Pemberontakan
tidak hanya dilakukan dengan berdemo saja di depan gedung pemerintahan,
menuntut keadlian dan kebijaksanaan para petinggi negara. Boniface Mwangi (29), seorang aktivis asal Kenya yang menggunakan graffiti sebagai
cara dia dan timnya memprotes ketamakan petinggi negaranya, Kenya. Dengan
grafiti, Mwangi berharap dapat membuka mata warga Kenya, apa yang sedang mereka
alami.
Tikus tanah sudah mulai
bermunculan dan menggrogoti negara yang bukan hanya negara maju bahkan negara
miskin seperti Kenya. Tikus yang selalu mengambil secuil keju dari satu rumah
pasti akan tercium juga kelakuannya. Dugaan korupsi yang ditujukan kepada
Kibaki lah(Presiden Kenya saat itu) yang memulai pemberontakan ini.
Masih saja ada yang melakukan
korupsi di negara miskin seperti Kenya. Diperkirakan
sekitar $1billion hilang entah kemana akibat korupsi yang terjadi antara 2002 dan
2005. Nairobi, Kenya adalah pusat
pemberontakan yang dilakukan Mwangi dan timnya.
Suatu malam Mwangi, panggilan
akrab Boniface dan timnya memutar otak di suatu ruangan yang kecil untuk
mencari cara agar mereka bisa menunjukan aspirasi mereka kepada pemerintahan
pada saat itu. Graffiti, sebuah seni menggambar di tembok lah yang dipilih
Mwangi dan timnya untuk melawan para tikus negara tersebut.
Proses pembuatannya pun tidak
mudah dilakukan oleh aktivis berkulit hitam ini dan tim. Mereka harus menunggu
tengah malam dahulu untuk menggambar di tembok agar ridak ketahuan oleh polisi.
Dengan bantuan proyektor mereka menyemprotkan pilox berwarna dan mulai
menggambar mengikuti layar proyektor yang terpancar di salah satu tembok
bangunan kota Nairobi.
“Kenya adalah salah satu
negara yang indah di dunia tetapi penduduknya pengecut,” tutur Mwangi di mobil
selagi melihat keramaian malam Kenya.
Ia menggambarkan bahwa
pemerintahan Kenya seperti burung bangkai. Mwangi mengatakan “Mereka rakus, mereka memakan
pajak kita, mereka memperkosa ibu kita, mereka
ambil tanah kita sehingga kita menggunakan seni untuk memberitahu
bahwa kita tahu siapa mereka.”
Mwangi dan tim lebih memilih
graffiti untuk menunjukan protesnya terhadap pemerintahannya saat itu. Mereka
berharap di pagi harinya masyarakat Kenya dapat melihat gambar-gambar yang
mereka buat dan apa yang ada diotak para aktivis saat itu melihat pemerintahan
di negaranya. Banyak masyarakat Kenya yang belum sadar bahwa pemerintahan di
negaranya jauh dari sempurna.
Gambar yang dihasilkan Mwangi
dan tim bukan sekedar gambar abal-abal dan menghina pemerintahan tetapi mereka
menunjukan banyak gambar kiasan untuk menggambarkan sosok pemerintahan di negara
mereka pada saat itu. Mereka berusaha untuk menyadarkan masyarakat Kenya dan
memberi tahu apa yang terjadi saat itu dengan negaranya.
Dengan semprotan pilox di
tembok, Mwangi memuaskan keinginannya untuk mencurahkan semua aspirasinya
terhadap pemerintahan yang tidak benar dan dengan keinginan untuk menerima
keadilan dan demokrasi di negaranya.
Pada 2007 terjadi pemrotesan
keras warga Kenya terhadap Kibaki yang terpilih kembali sebagai presiden. Aksi tidak setuju warga Kenya yang
mengatakan kalau Kibaki menang secara tidak sehat dan kontroversial,
memunculkan kerusuhan yang mengkibatkan kurang
lebih 1.100 warga Kenya kehilangan
nyawa dan 600.000 kehilangan tempat tinggal.
Tidak ada rongga kosong di
tembok itu yang tidak terkena coretan atau semprotan dari pilox Mwangi dan tim.
“Mimpi jadi kenyataan, Ini revolusi,” ucap salah satu tim. Yang tadinya tembok
itu kosong melompong di hari sebelumnya, sekejap tembok itu dipenuhi dengan
graffiti yang mengandung aspirasi aktivis Kenya dan manusia yang ingin
perubahan.
Tersentak semua mata tertuju
pada tembok lebar itu. Banyak masyarakat yang berlalu-lalang disekitar jalanan
tersebut dan pasti mata mereka langsung melihat ke tembok lebar tersebut.
Sesekali ada pendapat yang diutarakan masyarakat saat melihat graffiti itu “
Ini wajah Kenya yang baru dan ini Kenya yang sekarang,” ucap salah satu
masyarakat sambil menunjuk ke arah tembok.
Seminggu kemudian
gambar-gambar Mwangi menuai kontroversial dan menjadi berita nasional. Polisi
mencari siapa yang betanggung jawab atas kejadian atau penggambaran di tembok
tersebut. Setelah itu, ada satu partai yang menawarinya kerja sama tetapi dia
tidak mau, “Jika ada kegagalan bekerja sama dengan kami, kami akan mendapat
masalah,” jelasnya.
Mwangi merasa polisi tidak
adil karena hanya dia yang disalahkan atas kejadian tersebut. Padahal dia tidak
melakukannya sendiri, ada tim yang bersama-sama memerangi pemerintahan yang
bisanya hanya korupsi saja. Kemudian dia berjalan keluar dari kantor polisi
dengan mengucapkan bahasa Kenya, yang artinya “ Kenya adalah rumah kita!”
sambil mengangkat tangannya.
Sebelum menjadi aktivis
Boniface adalah seorang fotografer jurnalis bersama Elijah Kanyi. Foto-foto
yang telah dibidik Boniface Mwangi mengenai demonstrasi yang di
lakukan oleh warga Kenya pada tahun 2008 setelah Presiden Kibaki di lantik pada
Desember 2007. Boniface
memamerkan foto-fotonya di 20 kota sekitar Kenya pada 2009. Lebih dari 700.000 orang yang telah melihat pameran itu.
Pro dan kontra dari
masyarakat pun muncul ke permukaan atas pameran foto yang dilaksanakan Mwangi.
Ada masyarakat yang pro karena mereka tahu bagaimana sadisnya saat kejadian
tersebut tetapi ada juga yang kontra karena Mwangi seakan-akan mengingatkan masyarakat
kembali ke masa lalu yang kelam, yang mungkin ada sanak saudara mereka yang
menjadi korban.
Berlokasi di Naivasha Town, 85km dari Nairobi pameran foto Mwangi ditutup oleh polisi
setempat karena salah satu foto
yang di pamerkan itu ada yang
menampilkan foto presiden menangis.
Langkah akhir yang dilakukan
Mwangi dan timnya yakni mereka membuat 49
peti mati yang akan diletakan di depan gedung pemerintahan. Ini berupa protes
keras yang dilakukan Mwangi dan timnya untuk melawan pemerintahan yang tidak
kunjung membaik. 49 peti bertuliskan kesalahan dan kelalaian pemerintah.
Semua usaha yang dilakukan untuk
Kenya sepertinya tidak akan berhasil membuat Republik Kenya maju lagi.
NB: Ini adalah Tulisan pertama saya setelah 2 tahun tidak membuka blog ini lagi. Karena persyaratan dari dosen penulisan feature saya untuk membuat blog, alhasil saya buka kembali blog yang sudah lama mati tidak disentuh oleh tangan emas saya ini. Ini juga sebagai tugas pertama saya dalam mata kuliah penulisan feature. Saya mencoba untuk menulis feature tetapi maaf jika tidak seperti feature hehe.. Nobody's perfect. Namannya juga masih belajar, kalo uda perfect mah gak usah belajar lagi :)